Kisah Raja Ariza: Dulu Makan Kerak Nasi, Kini Jadi Calon Wakil Wali Kota Tanjungpinang

Tanjungpinang
Raja Ariza semasa kecil. ist

TANJUNGPINANG – Raja Ariza adalah mantan pejabat eselon II Pemprov Kepri, yang kini menjadi calon Wakil Wali Kota Tanjungpinang, di Pilkada 2024. Semasa kecil hidupnya susah, yang makan seadanya: kerak nasi dengan cabai dan garam.

Raja Ariza, memiliki cerita hidup yang penuh inspirasi, berawal dari masa-masa sulit di tahun 1965-an. Saat itu, Indonesia menghadapi berbagai tantangan besar, terutama selama periode konfrontasi Malaysia dan Singapura (1963-1966) dan rencana kudeta G-30S/PKI yang menambah ketidakstabilan. Kepri, sebagai daerah kepulauan, merasakan dampak yang lebih parah karena terisolasi dan sulit dijangkau.

Kondisi tersebut membuat distribusi sembako, termasuk beras, sangat terbatas. Kapal dan pesawat sangat langka, sehingga kebutuhan pokok sulit didapatkan. Raja Ariza mengingat betapa sulitnya mendapatkan beras, hingga kerak nasi pun menjadi barang yang sangat berharga. “Kerak nasi itu rebutan dulu. Karena susah mendapatkan beras,” ungkapnya mengenang masa-masa tersebut.

Kehidupan sehari-hari saat itu sangat sederhana. Makanan utama adalah sagu dan ikan laut, dengan beras menjadi barang mewah. Raja Ariza menceritakan bagaimana dia dan keluarganya hanya bisa mengandalkan cabai dan garam untuk melengkapi makanan mereka. “Makan seadanya sudah biasa. Makan tanpa ikan dan sayur, hanya cabai dan garam,” kenangnya.

Pengalaman tersebut membentuk karakter Raja Ariza yang tidak pilih-pilih makanan hingga saat ini. Dia lebih suka makan ceker ayam dibandingkan daging ayam atau sop. Menurutnya, makanan sederhana pun bisa membuatnya puas. “Memang lagi pingin (ceker). Kalau saya tak pilih-pilih lah soal makanan,” ujarnya saat menikmati ceker ayam di warung makan di Kijang, Bintan.

Deklarasi Lis Darmansyah (kiri) dan Raja Ariza (kanan) sebagai bakal calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tanjungpinang, di Tanjungpinang, pada 28 Agustus 2024. ist

Kecintaan Raja Ariza terhadap ubi juga menunjukkan kesederhanaan dan kerja kerasnya. Di rumahnya di Wacopek, dia menanam dua hektare ubi yang hasil panennya dikelola masyarakat menjadi kerupuk. “Saat santai dengan teman-teman, saya sering makan ubi,” tambahnya.

Meskipun mengalami masa kecil yang sulit, Raja Ariza tetap bersyukur dan menjadikannya sebagai motivasi untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi. Dengan tekad yang kuat, dia melanjutkan pendidikan hingga meraih gelar S2 (magister). Bagi Raja Ariza, ilmu pengetahuan dan Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kunci kemajuan bangsa.

Raja Ariza percaya bahwa kesulitan keuangan tidak boleh menghentikan langkah untuk terus belajar dan berkembang. “Tidak ada kata menyerah. Tantangan harus dilalui dan solusi harus dicari, seberat apapun masalahnya,” tegasnya.

Saat ini, Raja Ariza berfokus pada solusi untuk berbagai persoalan, termasuk masalah APBD Tanjungpinang yang terlalu kecil. “Lis-Raja akan mencari solusinya. Itu dulu kuncinya,” ujarnya, menegaskan komitmennya untuk membuat perubahan positif di kota Tanjungpinang.

Kisah Raja Ariza adalah contoh nyata bagaimana ketahanan dan tekad seseorang dapat mengatasi masa-masa sulit dan berkontribusi pada kemajuan komunitasnya.

Tira

KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini