Diprediksi Empat Paslon di Pilwako Tanjungpinang

Tanjungpinang
Kota Tanjungpinang salah satu daerah yang menyelenggarakan Pilkada serentak 2018
Kota Tanjungpinang salah satu daerah yang menyelenggarakan Pilkada serentak 2018

Walikota Tanjungpinang Lis Darmansyah dan Wakil Walikota Tanjungpinang Syahrul, dua sosok yang tidak pernah lepas dari perbincangan publik terkait Pemilihan Walikota (Pilwako) Tanjungpinang.

Dari peta politik saat ini, partai PDIP dengan 7 kursi di DPRD Tanjungpinang, sudah memutuskan calon petahana, yakni Lis Darmansyah sebagai calon walikotanya di Pilwako Tanjungpinang. Partai PDIP sudah memenuhi syarat dukungan minimal (6 kursi) untuk mengusung pasangan calon (Paslon)

Ia pun tinggal menunggu keputusan DPP PDIP di Jakarta, untuk menetapkan siapa dari tiga bakal calon wakilnya, yakni Maya Suryanti, Adnan, dan Syahrial, yang telah disodorkan ke meja Mengawati Soekarno Putri, Ketua Umum PDIP.

Sedangkan Syahrul sendiri secara resmi telah mendeklarasikan dirinya, pada Jumat (29/9) lalu, untuk maju sebagai calon walikota dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tanjungpinang, yang dihelat tahun 2018, secara serentak bersama sejumlah daerah di tanah air.

Namun deklarasinya itu masih bersifat personal karena memang bukan dekalarasi pasangan calon. Selain itu, ia yang hampir dipastikan maju lewat kenderaan partai politik, belum menunjukkan adanya dukungan resmi terhadap pencalonanya, baik dari partai koalisi maupun diluar koalisi.

Mungkin itu sebabnya para pimpinan partai tak ramai hadir, juga tak ada orasi politik dari pentolan partai. Adapun Ade Angga, datang sebagai pribadi. Ade yang menjabat Ketua DPD Golkar Tanjungpinang, tidak tampak memakai atribut partai, justru pakaian kemeja putih mengikuti khas Syahrul dan relawannya. Demikian Endang Abdullah, ketua DPC Gerindra Tanjungpinang, baju putih tanpa atribut partai.

Namun Syahrul yakin dirinya didukung maju sebagai calon walikota oleh partai-partai koalisi bahkan diluar koalisi. Ia mengaku sudah menjalin komunikasi yang intens dengan para pimpinan partai tersebut.

Partai-partai yang dimaksud Syahrul adalah partai dalam koalisi Anak Pinang dan koalisi Setara. Dalam koalisi Anak Pinang, terdapat partai Golkar (4 kursi), Demokrat (3 kursi), PPP (2 kursi) dan PKPI (2 kursi), seluruhnya berjumlah 11 kursi. Sedangkan koalisi Setara dibangun partai Gerindra (3 kursi) dan PKS (3 kursi), dengan jumlah 6 kursi. Diluar kedua koalisi ini ada Hanura (4 kursi) dan PAN (2 kursi), yang juga memiliki 6 kursi. Total semua 23 kursi di DPRD Tanjungpinang.

Tapi terhadap partai-partai ini, Syahrul justru masih menunggu keputusan adanya gabungan partai koalisi. Setelah itu, baru duduk semeja membahas soal siapa yang pendampingnya. Apa yang diungkapkan Syahrul, seakan menunjukkan partai koalisi dan diluar koalisi sudah final mengusung dirinya sebagai calon walikota di Pilwako Tanjungpinang. Yang menganjal seperinya hanya pada soal “bergaining position” baik posisi wakil maupun kompensasi lainnya.

Melihat jumlah kursi diluar partai PDIP, tampaknya sulit mewujudkan terbentuknya gabungan partai koalisi (Anak Pinang dan Setara), sebagaimana diharapkan Syahrul, apalagi dua partai diluar koalisi (Hanura dan PAN), ikut serta bergabung.

Dengan sisa 23 kursi, yang masih bisa mengusung tiga lagi pasangan calon (satu pasangan minimal 6 kursi), sangatlah mustahil sebuah koalisi ataupun “kerjasama politik” tidak punya tujuan atau kepentingan politik. Sebab, politik itu sejatinya untuk merebut kekuasaan.

Menurut pengamat politik Zamzami A Karim, lazimnya sebuah koalisi atau kerjasama politik dalam Pencapresan dan Pilkada, dibangun untuk tujuan beberapa hal. Antara lain, untuk merebut kekusaan dan pengkaderisasian anggota atau kader partai bersangkutan. Dua hal ini mutlak dalam demokrasi.

Memang dalam partai koalisi belum terlihat jelas apa isi kerjasama politik yang dibangun dalam koalisi. Akan tetapi dibeberapa partai justru terlihat ada sosok yang memiliki keinginan untuk maju sebagai calon walikota dan wakil walikota pada Pilwako Tanjungpinang.

Untuk koalisi Anak Pinang, misalnya, kita melihat ada dua figur muda yang sangat menonjol untuk maju ke panggung Pilkada 2018. Yakni Ade Angga dan Peppy Chandra, ketua Demokrat Tanjungpinang. Kedua politisi ini sama-sama duduk di DPRD Tanjungpinang, bahkan jauh sebelumnya sudah rajin mem-promosi-kan diri dengan beragam pertemuan ditengah masyarakat.

Tak hanya itu, sempat santer kabar bahwa lahirnya koalisi ini guna menyokong langkah Ade Angga dan Peppy Chandra untuk berduet ke Pilwako Tanjungpinang. Belakangan mengendor dan kemudian muncul nama Syahrul sebagai “aktor” baru. Kehadirannya dalam koalisi disambut terbuka, namun soal posisi wakil akan jadi ganjalan. Bisa jadi Anak Pinang tidak kompak saat deklarasi Syahrul.

Kegamangan Syahrul untuk menentukan pasanganya dari koalisi Anak Pinang justru memunculkan prasangka lain, bahwasanya ia juga menerima tawaran sebagai calon walikota dari koalisi lain, karena ia juga punya kedekatan emosional dengan koalisi Setara. Nah, bisa masalah bila kompesasinya juga menginginkan posisi wakil walikota.

Nama Ing Iskandar, figur yang dianggap tepat untuk dipasangkan dengan Syahrul. Ing Iskandar adalah kader PKS yang juga Anggota DPRD Kepri. Politisi muda ini sedang gencar-gencarnya bersuara tentang strategi pembangunan Kota Tanjungpinang.

Bahkan tak sedikit yang menyakini, Syahrul bakal merapat ke Setara dan menjadikan Ing Iskandar sebagai wakilnya dalam pertarungan Pilwako Tanjungpinang. Sedangkan Gerindra sendiri akan ikut dan solid mendukung mereka.

Berbeda jauh dengan posisi Hanura. Dengan 4 kursi di DPRD Tanjungpinang, partai besutan Wiranto ini bisa jadi “juru kunci” dalam penentuan jumlah pasangan calon yang berlaga nanti. Hanura pun telah menyelenggarakan penjaringan calon.

Ada 5 figur yang sudah direkom ke DPP Hanura di Jakarta. Dua diantaranya, disebut calon kuat yang dapat merebut tanda tangan Oesman Sapta Odang (OSO) ketua umum partai Hanura. Yakni Lis Darmansyah dan Andi Anhar Chalid. Munculnya nama Andi makin menaikkan suhu politik jelang Pilkada 2018.

Sosok pria asal Sulawesi ini sudah malang melintang dalam dunia politik. Ia dulunya kader partai beringin dan pernah menjabat ketua DPRD Kabupaten Kepri (sekarang Kabupaten Bintan). Ia termasuk politisi senior yang cerdas memainkan panggung politik.

Bagi Zamzami, ikutnya Andi Anhar dalam proses penjaringan calon Hanura, hal yang patut dan sangat diwaspadai para figur lainnya, termasuk calon petahana. Jika Hanura menjatuhkan pilihan kepada Andi Anhar, bakal mengubah secara drastis peta politik Pilkada Tanjungpinang.

Hal mudah bagi seorang Andi Anhar untuk menjalin komunikasi politik dalam memenuhi syarat minimal (6 kursi) untuk mengusung dirinya dan pasangannya nanti. Sebagai poltisi senior, Andi sangat piawai melancarkan lobi-lobi politik dibanding yang lainnya.

Posisi Andi sebagai staf khusus Gubernur Kepri cukup mendukung pencalonannya. Apalagi ia salah satu pentolan tim sukses pasangan Sanur di Pilkada Kepri 2015, yang menjadi modal besar buat Andi untuk memenangkan pertarungan di Pilwako Tanjungpinang.

Hanya dengan menggandeng Riny Fitrianti, bakal mampu membangkitkan emosional para relawan dan simpatisan Alm. Sani, yang mereka sanjung sebagai Ayah Sani.

Ini mengingat Riny Fitrianti adalah putri Alm. Sani, mantan Gubernur Kepri periode 2016-2021, yang wafat dalam tugas, setelah beberapa bulan dilantik menjadi gubernur bersama wakilnya Nurdin Basirun, yang kini menjabat Gubernur Kepri menggantikan posisinya. Apalagi Riny termasuk sentral pergerakan kampanye Sanur, yang memiliki andil besar memenangkan Sanur.

Melihat perkembangan saat ini, sangat dimungkin muncul empat pasangan calon di Pilwako Tanjungpinang. Keempat kandidat calon walikota tersebut, adalah Lis Darmansyah, Syahrul, Ade Angga dan Andi Anhar Chalid. (Tigor)

 

KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini