
Kepri – Penyelenggaraan Pemilu 2019, Pileg dan Pilpres, telah selesai dilaksanakan pada 17 April lalu. KPU, selanjutnya akan mempersiapkan gawe besar untuk pesta demokrasi di daerah yaitu Pilkada serentak tahun 2020.
KPU mencatat ada 269 daerah di Indonesia yang akan menyelenggarakan pemilihan kepala daerah, dan salah satunya adalah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) untuk pemilihan gubernur dan wakil gubernur, yang saat ini dijabat oleh Nurdin Basirun dan Isdianto.
Meski pesta demokrasi daerah serantak itu baru akan digelar tahun depan, atau lebih kurang setahun lagi, namun sejumlah nama beken mulai didegung-degungkan ke perhelatan Pilgub Kepri 2020.
Sederet nama beken tersebut, lebih didominasi kalangan politisi, tapi satu diantarannya, ada sosok jenderal (aktif) yang dinilai punya popularitas mumpuni untuk berlaga di pentas Pilgub Kepri 2020. Nah, siapa saja para jagoan tersebut?

Dari petahana, nama Gubernur Nurdin Basirun dan Wakil Gubernur Isdianto disebut-sebut akan kembali maju mencalonkan ke Pilgub Kepri tahun depan. Meski tahapan Pilkada belum dimulai, akan tetapi kedua nama ini bisa dipastikan akan ikut bertarung untuk mengincar kursi nomor wahid di daerah berpenduduk asal orang melayu itu.
Dibanding Isdianto, Nurdin Basirun lebih berpeluang untuk mendapatkan tiket ke Pilgub Kepri karena punya kenderaan politik. Mantan Bupati Karimun itu adalah Ketua DPD Partai Nasdem Kepri. Berdasarkan hasil perhitungan suara oleh KPU, partai besutan Surya Paloh itu memperol 6 kursi di DPRD Kepri.
Sebelum menjabat Gubernur Kepri, Nurdin sebelumnya menjabat Wakil Gubernur Kepri mendampingi Gubernur HM
Sani yang wafat dalam tugas, dua bulan setelah keduanya dilantik menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Kepri, periode 2016-2021. Nurdin kemudian naik tahta menjadi Gubernur Kepri menggantikan posisi Alm. HM Sani.
Sedangkan Isdianto adalah mantan pejabat eselon II Pemprov Kepri, yang merupakan adik kandung Alm. HM Sani. Dia mundur dari ASN saat mengikuti proses pengisian jabatan Wakil Gubernur Kepri yang lowong. Isdianto kemudian ditetapkan sebagai Wakil Gubernur Kepri pada sidang paripurna DPRD Kepri, tanggal 22 November 2017, yang dilantik secara resmi oleh Presdien Jokowi di Istana Negara, pada 27 Maret 2018.

Di penghujung penentuan Wakil Gubernur Kepri, Isdianto menentukan sikap politik dengan bergabung ke partai PDI Perjuangan. Berlabuhnya Isdianto ke partai berlambang banteng moncong putih itu bukan tanpa sebab. Langkah Isdianto mulus menduduki kursi orang nomor 2 di Kepri itu, tak lain karena mendapat sokongan kuat dari politisi PDIP yang memiliki perwakilan terbanyak di DPRD Kepri.
Untuk mendapat tiket politik, Isdianto berharap dukungan tersebut berlanjut di Pilgub Kepri 2020, setidaknya didapuk sebagai calon wakil gubernur. Harapannya tersebut bukanlah persoalan mudah baik bagi Isdianto maupun PDIP sendiri, mengingat Ketua DPD PDIP Kepri Soeryo Respationo pernah menjabat Wakil Gubernur Kepri, yang kemudian kalah melawan pasangan HM Sani dan Nurdin Basirun di Pilkada Kepri 2015.
Meski Soeryo tidak maju lagi di Pilgub 2020, PDIP tidak lantas menyokong Isdianto sebagai jagoannya dalam perebutan tampuk kepemimpinan di Provinsi Kepri. Partai besutan Megawati Soekarno Putri itu tentu saja akan lebih menjagokan para kader terbaiknya yang selama ini telah berjuang membesarkan PDIP di wilayah Kepri.
Selain Soeryo, ada sederet nama kader terbaik PDIP, dengan popularitas jempol ditengah masyarakat. Diantaranya Lis Darmansyah yang menjabat Sekretaris PDIP Kepri. Lis adalah mantan Walikota Tanjungpinang, 2013 – 2018, yang sebelumnya menjabat anggota DPRD Kepri. Ia kembali melenggang ke DPRD Kepri pada Pileg 2019.

Kemudian ada Jumaga Nadeak, Ketua DPRD Kepri. Dikepengurusan partai, Jumaga menjabat Bendahara PDIP Kepri. Ketiga orang ini, Soeryo, Lis Darmansyah dan Jumaga punya catatan perjuangan dalam membesarkan partai PDIP di Kepri. Nah, kemungkinan nama Isdianto akan dilirik, jika ketiga kader terbaik partai tersebut tidak maju mencalonkan ke Pilgub 2020.
Nama Ansar Ahmad juga mulai menjadi pembicaraan ditengah masyarakat. Mantan Bupati Bintan selama 2 periode tersebut dinilai sosok yang tepat memimpin Kepri ke depan, karena sudah punya pengalaman mumpuni dalam pemerintahan.
Ansar Ahmad juga menjabat Ketua DPD Golkar Kepri. Sebelum terjuan ke dunia politik dan menjabat Bupati Bintan, Ansar adalah pejabat eselon di Pemerintah Kabupaten Kepri (sekarang bernama Kabupaten Bintan). Dia pertamakali menjadi Wakil Bupati Kepri mendampingi Bupati Huzrin Hood.
Namun kepemimpinan mereka di Kabupaten Kepri tidak langgeng akibat gonjang-ganjing politik saat itu. Pengalaman pahit itu justru membingbing Ansar bisa bangkit di panggung politik. Ia kemudian mundur dari ASN dan memilih jalan hidup di dunia politik, dengan berlabuh di partai Golkar.

Sejak mendapat kepercayaan memimpin Golkar Kepri, karir politik Ansar Ahmad tak terbendung. Ansar kokoh dua periode sebagai Bupati Bintan dari tahun 2005 hingga 2015. Sempat redup saat menjadi calon Wakil Gubenur Kepri bersama calon Gubernur Soeryo Respationo di Pilkada Kepri 2015, kini karir politiknya kembali bersinar. Di Pileg 2019, Ansar dipastikan melenggang ke Senayan, sebagai anggota DPR RI, periode 2019 – 2024, yang sekaligus modal ke Pilgub Kepri.
Namun menurut informasi dari internal Golkar, Ansar disebut tidak akan maju di Pilgub 2020. Alasannya, ujar salah seorang pengurus partai tersebut, karena Ansar ingin fokus memperjuangkan aspirasi rakyat Kepri di DPR. Lantas siapa figur yang dijagokan Golkar di Pilkada Kepri nanti.
Sumber kemudian menyebut nama Harry Azhar Azis, politisi Golkar yang pernah menjabat amggota DPR RI dan juga Ketua BPK RI. Menurutnya, Harry Azhar bisa saja menjadi calon dari Golkar jika ada keinginan maju ke Pilgub 2020.
“Tapi semua kemungkinan bisa terjadi, baik Pak Ansar dan Harry Azhar, bisa saja menjadi calon Golkar, atau akan memunculkan kader muda. Tentu tergantung perkembangan dan komunikasi politik termasuk dengan parpol lainnya dalam menjalin koalisi,” kata sumber.

Selain nama beken yang disebutkan diatas, 3 kepala daerah kabupaten/kota di Provinsi Kepri, turut diperbincangkan menjelang perhelatan pesta demokrasi masyarakat Kepri. Antara lain, Walikota Batam Muhammad Rudy, Bupati Bintan Apri Sujadi dan Walikota Tanjungpinang Syahrul.
Ketiga nama ini juga pengurus partai politik di tingkat Provinsi Kepri. Rudy adalah Sekretaris Nasdem, Apri menjabat Ketua Demokrat dan Syahrul merupakan Ketua DPD Gerindra Kepri.
Saat ini karir politik ketiga kepala daerah tersebut tengah meroket. Rudy dan Apri adalah pemenang Pilkada serentak tahun 2015 lalu. Rudy yang berpasangan Amsakar Achmad menangkan Pilwako Batam, dan Apri bersama Dalmasri Syam pemenang Pilkada Bintan. Sedangkan Syahrul yang didampingi Rahma baru saja memimpin Tanjungpinang, yang menang di Pilwako 2018 lalu.
Peluang Rudy memang cukup kecil untuk maju ke Pilgub Kepri, bukan soal ingin menyelesaikan masa jabatan Walikota Batam sesuai kontrak dengan rakyatnya, melainkan langkahnya akan terbentur jika Gubernur Nurdin Basirun yang juga Ketua Nasdem Kepri, maju ke Pilgub 2020.
Sementara Apri dipastikan tanpa hambatan jika maju mencalonkan, tinggal kesiapan diri untuk menerima pinanangan: apakah akan meninggalkan atau melanjutkan kekuasaannya di daerah destinasi wisata internasional itu.

Syahrul sendiri disebut mulai dikait-kaitkan sebagai calon pendamping Nurdin Basirun. Namun Syahrul punya beban berat kepada rakyat Tanjungpinang seandainya bersedia menerima pinangan Nurdin. Sebab mantan Wakil Walikota Tanjungpinang dan juga Ketua PGRI itu, baru seumur jagung menjabat Walikota Tanjungpinang.
Dia bersama Rahma dilantik menjadi walikota dan wakil walikota oleh Gubernur Nurdin, pada akhir minggu ketiga bulan September tahun 2018 lalu. Berarti kepemimpinan keduannya baru berjalan kurang lebih 9 bulan dari kontrak 5 tahun dengan rakyat Tanjungpinang. Tentu saja hal yang sulit bagi Syahrul untuk menjelaskan kepada rakyatnya. Konsekuensinya akan muncul perdebatan panas, dan Syahrul akan memanen kritik pedas dari berbagai kalangan.
Yang terakhir sekaligus paling ramai dibicarakan adalah munculnya sosok jenderal. Dia adalah Brigjen Pol Yan Fitri Halimansyah, yang saat ini menjabat Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) Kepri.
Yan Fitri – salah satu putra terbaik Kepri, yang lahir di Tanjungpinang, pada 9 Januari1967. Saat berpangkat Komisaris Besar Polisi, Yan Fitri juga pernah menduduki jabatan yang sama sebagai Wakapolda Kepri, ketika Polda Kepri masih bersatus Tipe B.
Dia dikenal luas ditengah masyarakat Kepri, bukan karena ada “Bintang Jenderal” dipundaknya dengan jabatan Wakapolda Kepri, melainkan karena pribadinya dikenal cukup sederhana, bersosial tinggi dan sangat dekat dengan masyarakat hingga ke akar rumput.
Jika bersedia mencalonkan diri, Yanti Fitri yang juga abang kandung Lis Darmansyah, Sekretaris PDIP Kepri itu, disebut-sebut mendapat sokongan kuat dari partai PDIP. Meski namanya mulai dikait-kaitkan dengan Pilgub Kepri 2020, namun sejauh ini belum diketahui pasti apakah Yanti Fitri bersedia maju mencalonkan sebagai Gubernur Kepri. Apalagi saat ini karir Yan Fitri sedang bersinar di Kepolisian RI, dan tinggal menunggu promosi jabatan Kapolda. (tr)


Saya mengharapakan bàhwa pemimpin KEPRI 5 tahun mendatang adalah yang memiliki visi yang kuat yàitu pemimpin yàng visionary, motivator ulung membangkitkan semangat masyarakat kepri yang lagi lesu secara ekonomi. Pemimpin ideal yang diidolakan masyarakat saat ini adalah memiliki integritas memajukan KEPRI dari berbagai sektor, utamanya sektor industri (menghadirkan para investor) baik dalam maupun luar negeri, tentunya diproritaskan di Batam yàng menjadi paru-paru KEPRI.
Kehadiran 5 mentri pada bulan yang sama ke Provinsi Kepulauan Riau menjadi sorotan secara nasional, mengapa ini terjadi? Mungkinkah magnit Gubernur Kepri bapak H. Ansar Ahmad, SE., MM yang baru saja dilantik oleh bapak Presiden RI, bahwa Kepri akan dijadikan kawasan khusus yang menjadi ICON dunia. Secara geografis bahwa Kepri strategis memiliki potensi membuka pintu lebar perindustrian perkapalan dunia, pusat perdagangan internasional dst.