TANJUNGPINANG – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tanjungpinang terus berbenah dan berupaya untuk menjadikan Tanjungpinang sebagai Kota Budaya, sesuai dengan visi dan misi Walikota Tanjungpinang, Lis Darmansyah, dan Wakil Walikota Raja Ariza.
Kepala Disbudpar Tanjungpinang, Muhammad Nazri, menjelaskan bahwa berbagai program strategis telah dijalankan untuk menjaga dan melestarikan kekayaan budaya lokal Melayu yang sudah ada sejak lama. Program ini tidak hanya berfokus pada pelestarian, tetapi juga pada pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dalam merayakan warisan budaya.
“Sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya lokal, kami menyelenggarakan berbagai event seperti Kemilau Hari Jadi Kota Tanjungpinang, Pawai Budaya, Hut Kota Otonom, dan Pentas Seni. Selain itu, kami juga melaksanakan tradisi seperti Mandi Safar, Festival Silat Serumpun, serta Riang Ria Idul Fitri,” jelas Muhammad Nazri dalam keterangan tertulisnya, Senin (17/3/2025).
Selain kegiatan budaya yang bersifat festival, Disbudpar juga fokus pada pemeliharaan warisan budaya tak benda (WBTB), seperti pembuatan video dokumenter tentang warisan budaya tak benda dan sosialisasi mengenai Pernikahan Adat Melayu.
“Program ini bertujuan untuk memastikan bahwa tradisi budaya yang telah ada dapat terus dikenali dan diteruskan kepada generasi mendatang,” ujarnya.
Lebih lanjut, Muhammad Nazri mengatakan bahwa keterlibatan masyarakat sangat penting dalam keberhasilan program-program tersebut. Sebagai contoh, kegiatan Mandi Safar melibatkan langsung masyarakat sebagai pelaku tradisi.
Bahkan, kata Nazri, saat ini Disbudpar sedang menggagas regulasi mengenai kebudayaan, seperti penerapan busana Melayu pada hari Jumat di perkantoran, hotel, sekolah, dan destinasi wisata, guna memperkuat identitas budaya Melayu di kehidupan sehari-hari.
Upaya ini sejalan dengan visi misi Lis Darmansyah dan Raja Ariza untuk menjadikan Tanjungpinang sebagai ‘Kota Budaya’ yang tidak hanya kaya akan sejarah, tetapi juga berkembang dengan mempertahankan budaya lokal yang diwariskan secara turun temurun.
Nazri mengatakan Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah, juga mendukung program yang sudah berjalan sebagai upaya dalam menjaga dan melestarikan kekayaan budaya,
Wali Kota berharap agar berbagai bentuk warisan budaya tak benda dapat dikembangkan secara maksimal melalui penelitian, pengkajian, pemeliharaan, dan pembuatan dokumentasi video tentang WBTB.
Namun, perjalanan menuju Tanjungpinang sebagai Kota Budaya tidaklah mudah. Tantangan terbesar yang dihadapi adalah pengaruh budaya asing yang sangat kuat, mengingat kedekatan geografis Tanjungpinang dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Keberagaman budaya yang masuk dari negara-negara tersebut dapat memengaruhi kelestarian budaya lokal.
“Strategi yang kami terapkan adalah memperkuat budaya daerah dengan memastikan bahwa masyarakat Tanjungpinang tetap menghargai dan melestarikan tradisi lokal. Kami berharap dengan penguatan budaya lokal ini, Tanjungpinang dapat menghadapi tantangan globalisasi tanpa mengorbankan kekayaan budaya yang ada,” ungkap Nazri.
Untuk mengatasi tantangan ini, Disbudpar juga bekerja sama dengan berbagai pihak, baik pemerintah pusat, masyarakat, dan sektor swasta, guna memperkuat pelestarian budaya dan menjadikan Tanjungpinang sebagai destinasi budaya yang dikenal baik di tingkat nasional maupun internasional.
Dengan dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat, Tanjungpinang diharapkan dapat mewujudkan visinya sebagai Kota Budaya yang tidak hanya mempertahankan, tetapi juga mengembangkan dan memperkenalkan warisan budaya lokal kepada dunia, kata Nazri.
(tira)






