Tanjungpinang, suluhKepri.com – Penabuhan kompang oleh Gubernur Kepri, Walikota dan Wakil Walikota Tanjungpinang serta jajaran Forkompimda sebagai tanda Festival Pulau Penyengat kembali digelar di Pulau Penyengat, Kamis (14/2).
Agenda pariwisata tahunan Kota Tanjungpinang ini merupakan perhelatan yang keempat kalinya sejak dilaksanakan pada tahun 2016 lalu.
Pelaksanaan Festival Pulau Penyengat tahun ini diharapkan mampu mempromosikan Pulau Penyengat, dan Kota Tanjungpinang sebagai salah satu destinasi wisata di Kepulauan Riau sekaligus mendukung capaian target 2,6 juta wisatawan ke Kepulauan Riau tahun 2019.
Diawali dengan pelaksanaan Pawai Budaya, Festival Pulau Penyengat mampu menarik kedatangan ribuan masyarakat Tanjungpinang dan sekitarnya.
Gubernur Kepulauan Riau Nurdin Basirun dalam sambutannya ketika membuka resmi Festival Pulau Penyengat mengatakan, agenda wisata di Pulau Penyengat itu merupakan bentuk sinergitas pengembangan kepariwisataan yang baik antara Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dengan pemerintah kabupaten/kota di Kepulauan Riau.
Karakteristik masyarakat dan budaya Melayu yang masih kental di pulau bersejarah itu, menurut Nurdin merupakan potensi pariwisata yang sangat layak untuk dijual.
“Jadikan Penyengat dikenal sebagai pulau tahfidz. Pulau yang penuh dengan nuansa religi dan pertumbuhan budaya Melayu yang identik dengan Islam, yang sebenarnya justru dapat kita jadikan sebagai sebuah keunggulan wisata. Silakan wisatawan dari mancanegara masuk ke Penyengat, tapi kita dapat membuat aturan dengan harus berpakaian sesuai dengan adab Melayu,” papar Nurdin Basirun.
Koordinator Even Pariwisata 2019 Kementerian Pariwisata Raseno Arya menyatakan, pemerintah sangat mendukung pelaksanaan Festival Pulau Penyengat.
Dukungan itu diwujudkan dengan menjadikan Festival Pulau Penyengat sebagai satu dari 100 agenda wisata nasional yang ditetapkan Kementerian Pariwisata.
Raseno sependapat dengan Gubernur Kepri bahwa Pulau Penyengat menyimpan banyak potensi untuk dapat dioptimalkan sebagai destinasi wisata tanah air.
Potensi kepariwisataan di Pulau Penyengat tidak perlu diragukan. Salah satunya yang perlu diketahui oleh masyarakat nusantara adalah bahwa bahasa Indonesia yang menjadi bahasa nasional berasal dari Pulau Penyengat.
Pulau Penyengat sendiri merupakan pulau bersejarah karena pernah menjadi pusat pemerintahan di masa Kesultanan Melayu. Hal itu dikatakan oleh Walikota Tanjungpinang Syahrul.
Festival Pulau Penyengat sendiri telah ditetapkan sebagai agenda wisata tahunan di Kota Tanjungpinang yang pelaksanaannya diharapkan mampu menjadi salah satu upaya menjadikan Penyengat sebagai World Heritage.
“Untuk menjadikan Pulau Penyengat sebagai destinasi wisata unggulan yang mendunia tidak mudah. Diperlukan berbagai upaya dan promosi. Festival Pulau Penyengat ini merupakan salah satu kegiatan tahunan yang kita laksanakan, dan telah mendapat dukungan dari kementerian pariwisata,” ungkap Syahrul.
Dia menjelaskan, Penyengat banyak menyimpan sejarah dan potensi kepariwisataan. Hal ini menjadi perhatian bersama karena pariwisata dapat menjadi pintu masuknya investasi.
Festival Pulau Penyengat tahun 2019 dilaksanakan selama 4 hari mulai tanggal 14 sampai dengan 17 Februari 2019. Selama festival digelar berbagai kegiatan dan permainan tradisional rakyat serta pertunjukan budaya dari luar negeri yang dibawakan oleh kelompok Sriwana dari Singapura, dan Komunitas Budaya Johor Baru Malaysia.
Berbagai kegiatan yang dilaksanakan selama Festival Pulau Penyengat antara lain Lomba Gurindam XII, Napak Tilas Sejarah Pulau Penyengat, Lomba Berbalas Pantun, Lomba Kompang Kreasi, Pentas Seni berbagai sanggar seni di Tanjungpinang, Lomba Kuliner Melayu, Lomba Barzanji, Nambat Itik, Pukul Bantal, Dongeng Melayu, Lomba Gasing, dan permainan rakyat lainnya. ***