ANAMBAS – Matahari belum tinggi saat hamparan padi menguning di Desa Pesisir Timur, mulai dipanen. Suara sabit dan tawa petani berpadu menjadi simfoni sederhana yang menandai peristiwa bersejarah: panen perdana di wilayah yang lebih dikenal karena lautnya yang luas, bukan sawahnya.
Panen perdana ini bukan hanya sekadar panen, tapi sebagai buah dari tekad dan keyakinan warga desa bahwa tanah Anambas bukan hanya tempat untuk memandang laut, tapi juga untuk menanam harapan baru.
Yang paling menggembirakan bagi para petani, di tengah-tengah mereka, hadir Bupati Kepulauan Anambas, Aneng, yang ikut menyaksikan langsung sejarah baru yang ditorehkan oleh Kelompok Tani Makmur Jaya.
Di bawah terik mentari, pada Senin (26/05/2025), Bupati Aneng menyebut panen perdana ini sebagai “simbol kebangkitan pertanian” yang diharapkan mampu mengubah wajah perekonomian desa.
“Saya sangat bangga melihat semangat masyarakat di sini. Ini baru setengah hektare, tapi nilainya lebih dari sekadar hasil panen. Ini tentang keyakinan bahwa kita bisa bangkit,” kata Bupati Aneng di hadapan para petani dan warga yang hadir dalam panen raya tersebut.
Dalam sambutannya, Aneng memberikan apresiasi khusus kepada ketua Kelompok Tani Makmur Jaya, bernama Sobeng, yang dianggap sebagai pionir dalam pembukaan lahan pertanian di desa pesisir. Aneng juga memberikan dukungan penuh untuk pengembangan pertanian, termasuk penyediaan mesin giling padi agar hasil panen tidak terhambat di tahap pascapanen.
“Jangan sampai panennya bagus tapi tidak bisa digiling. Kami akan segera datangkan alat penggilingan. Ini jadi perhatian serius kami dari pemerintah daerah,” tegas Aneng, yang kini menjadikan pertanian sebagai salah satu program prioritas dalam pembangunan daerah.
Lebih dari sekadar teknis pertanian, Bupati Aneng berharap sektor pertanian Anambas bisa menjadi bagian dari strategi ketahanan pangan nasional. Ia menyebut keberhasilan panen perdana ini sebagai bukti bahwa daratan Anambas juga layak menjadi lumbung pangan baru, sejalan dengan kebijakan Presiden Prabowo Subianto.
“Ketahanan pangan tidak hanya milik Jawa atau Sumatera. Dari pulau kecil seperti Anambas pun bisa kita mulai. Anambas punya tanah yang subur, dan warganya punya semangat tinggi untuk bertani. Ini sebagai modal besar kita,” katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Pesisir Timur, Sabli, mengungkapkan bahwa lahan yang kini dijadikan pertanian merupakan tanah milik warga, termasuk milik keluarganya. Luas lahannya 9 hektare, namun karena keterbatasan anggaran desa, baru 0,5 hektare yang berhasil dibuka untuk lahan pertanian.
“Upaya kami ini masih kecil, tapi menjadi awal yang baik untuk ke depan. Untuk itu, kami berharap dukungan dari pemerintah terus berlanjut agar lahan bisa dibuka lebih luas lagi,” ujar Sabli, yang tak bisa menyembunyikan rasa harunya saat menyaksikan hasil kerja keras warganya.
Panen perdana ini pun menjadi pesta kecil bagi masyarakat. Warga, tokoh adat, dan petani berkumpul dalam suasana hangat. Di tengah senyum dan kerja keras mereka, tersimpan asa besar: bahwa suatu hari nanti, Anambas tidak hanya dikenal karena lautnya yang kaya, tetapi juga memiliki sawah yang subur.
Kepulauan Anambas sebagai daerah pesisir yang dulu hanya mengenal perahu dan jaring, kini di tanah mereka mulai tumbuh butiran beras sebagai simbol harapan untuk masa depan yang cerah.
(Latif/Anambas)






