Rakyat Demo Tuntut Gubernur Ansar Batalkan Lelang Kawasan Gurindam 12

Tanjungpinang209 Dilihat

TANJUNGPINANG – Ratusan massa yang tergabung dalam Forum Peduli Ibukota (FPI) Provinsi Kepri bersama sejumlah komunitas masyarakat menggelar demonstrasi di Kantor Gubernur Kepulauan Riau, Dompak, Rabu (8/10/2025).

Aksi ini merupakan bentuk perlawanan rakyat terhadap kebijakan Gubernur Ansar Ahmad yang berencana menyerahkan pengelolaan kawasan kuliner Gurindam 12 kepada pihak swasta melalui skema Kerja Sama Pengelolaan (KSP) selama 30 tahun.

Sejak pagi, massa mulai berdatangan sambil membawa berbagai poster dan spanduk bernada kecaman. Di antara tulisan-tulisan itu terbaca jelas pesan sindiran tajam kepada Gubernur Ansar atas kebijakannya yang mempercayai oligarki mengelola Gurindam 12.

Di barisan depan aksi, tampak Koordinator FPI Kepri, Hajarullah Aswad, memimpin langsung jalannya demonstrasi. Seorang orator dari atas mobil komando menggelorakan semangat massa untuk menolak privatisasi kawasan kuliner Gurindam 12.

Emak-emak ikut berdemonstrasi dengan membawakan poster berisi tuntutan kepada Gubernur Kepri. SK

“Hari ini rakyat bersatu menolak penindasan ekonomi yang dikemas dengan nama investasi!” teriak orator disambut pekikan lantang peserta aksi.

Sang orator menyuarakan kekecewaan mendalam masyarakat Tanjungpinang terhadap kebijakan Gubernur Ansar yang dianggap berpihak pada pemodal besar. “Gubernur bicara investasi, tapi rakyat bicara perut. Jangan gadaikan ruang publik yang dibangun dari uang rakyat kepada pengusaha yang hanya tahu menghitung untung!” ujarnya dengan suara menggelegar dari atas mobil komando.

Massa menuntut Gubernur Ansar Ahmad memberikan pernyataan tegas untuk membatalkan kebijakan lelang kawasan kuliner Gurindam 12 kepada pihak swasta. Mereka menilai kebijakan itu sarat kepentingan ekonomi sempit dan mengabaikan nasib ratusan pedagang kecil serta pelaku UMKM yang telah menggantungkan hidupnya di kawasan tersebut.

Dalam orasinya, ia menegaskan bahwa masyarakat Tanjungpinang tidak anti pembangunan. “Kami tidak menolak pembangunan atau investasi yang berpihak kepada rakyat. Tapi kalau pembangunan dijadikan alat mengusir rakyat kecil, maka itu bukan pembangunan, melainkan penjajahan ekonomi,” ujarnya. Pernyataan itu sontak disambut gemuruh takbir dan sorakan massa.

Seorang peserta aksi membawa poster sindiran kepada Gubernur Ansar yang tidak mendengar suara rakyat. SK

Suasana semakin berapi-api ketika sang orator menegaskan tekad rakyat untuk terus berjuang. “Kami tidak akan mundur! Kami akan lawan kebijakan yang menindas rakyat sampai titik darah terakhir!” teriaknya, yang diikuti teriakan serempak “Allahu Akbar!” dari peserta aksi yang memenuhi halaman kantor gubernur.

Di antara kerumunan massa, terlihat seorang pria paruh baya mengangkat poster bertuliskan: “Visi Misi Adalah Janji. Berkhianat Adalah Dosa Besar. 30 Tahun Kami Sengsara.” Tulisan itu menyindir tajam rencana Gubernur Ansar memberikan hak kelola kepada pengusaha selama tiga dekade, sebuah periode panjang yang dinilai hanya akan memperdalam penderitaan rakyat kecil.

Menariknya, aksi ini juga diwarnai partisipasi kuat dari kaum emak-emak. Mereka datang membawa poster bertuliskan seruan moral dan doa agar Gubernur membuka mata hatinya. Beberapa di antaranya menuntut agar Gurindam 12 tetap menjadi ruang hidup rakyat kecil, bukan taman bermain bagi investor.

“Kami tidak butuh janji, kami butuh keadilan!” seru seorang ibu dengan suara bergetar.

Namun di tengah panasnya suasana, ketidakhadiran Gubernur Ansar Ahmad menjadi sorotan tajam massa. “Yang saya lihat di sini hanya pak kadis (kepala dinas). Gubernur-nya ke mana? Jangan-jangan sedang sibuk pesta ulang tahun!” sindir seorang orator dari atas mobil aksi, disambut tawa dan ejekan massa.

Sikap Gubernur yang tidak muncul menemui rakyat yang sedang berunjuk rasa di kantornya dinilai sebagai bentuk arogansi kekuasaan. “Pemimpin sejati turun menemui rakyat, bukan bersembunyi di balik meja kekuasaan. Rakyat datang bukan untuk memaki, tapi menuntut keadilan,” ujar Hajarullah menyoroti ketidakhadiran Gubernur.

Aksi berjalan tertib dengan pengamanan ketat dari aparat kepolisian. Massa berjanji akan terus berjuang dan menggelar aksi lanjutan, hingga Gubernur Ansar bersedia memberikan jawaban pasti: apakah ia berpihak kepada rakyat, atau tetap bersama oligarki yang hendak menguasai Gurindam 12.

(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *