Peta Politik Pilkada Kepri 2020 Pasca OTT Nurdin Basirun

Tanjungpinang
kantor gubernur kepri di dompak, tanjungpinang

Peta politik menyongsong Pilkada Kepri 2020, berputar 360 derajat pasca penetapan Nurdin Basirun sebagai tersangka suap perizinan reklamasi. Gubernur Kepri nonaktif itu, dicokok KPK di rumah dinasnya, di Gedung Daerah Tanjungpinang, Jl. Hang Tuah No.1, kota Tanjungpinang.

Sebelum musibah itu, pridiksi-prediksi yang bermunculan bahwa nama Nurdin Basirun, yang juga pernah menjadi Bupati Karimun selama 2 periode itu, berada di puncak dalam perebutan kursi Gubernur Kepri di periode 5 tahun ke depan.

Saat ini peluang Nurdin tamat untuk maju dikancah pemilihan gubernur (Pilgub) Kepri 2020, karena dirinya harus fokus menghadapi persoalan hukum di komisi anti rasuah. Selain itu, jabatan Nurdin sebagai ketua Nasdem Kepri juga sudah dicopot oleh pimpinan pusat partainya.

Kasus Nurdin juga membias ke gratifikasi jual beli jabatan di Pemprov Kepri, hingga puluhan pejabat di pemerintahan itu terpaksa memenuhi panggilan KPK untuk memberi keterangan.

Yang paling menohok, kolega Nurdin di Nasdem, yaitu Muhammad Rudy, sekretaris Nasdem Kepri, yang saat ini menjabat Wali Kota Batam, juga ikut diperiksa KPK berkaitan kasus suap Nurdin. Dia diperiksa seputar tambang pasir di wilayah kekuasanya.

Ketua DPD PDIP Kepri Soeryo Respationo yang juga mantan Wagub Kepri bersama Isdianto, di depan gedung DPRD Kepri, usai penetapan Wagub Kepri oleh DPRD
Ketua DPD PDIP Kepri Soerya Respationo yang juga mantan Wagub Kepri bersama Isdianto, di depan gedung DPRD Kepri, usai penetapan Wagub Kepri oleh DPRD, beberapa waktu lalu

Rudy termasuk kandidat yang diperhitungkan di Pilgub Kepri 2020. Rudy dianggap mengekori popularitas Nurdin Basirun di panggung politik bergengsi itu. Akan tetapi terungkapnya kasus suap Nurdin menghempaskan tingkat popularitas keduanya menjelang pesta demokrasi di daerah itu.

Perhatian publik kini berpaling ke sosok Soerya Respationo, yang sekaligus saingan terberat di Pilgub Kepri 2020, termasuk Nurdin dan Rudy, jika sekiranya maju bertarung.

Popularitas dan elektabilitas Soerya Respationo, yang akrab dipanggil Romo itu, memang selalu jadi perhitungan disetiap laga Pilgub Kepri. Dia pernah memenangkan Pilkada Kepri, saat mendampingi Alm. HM Sani, dan keduanya menjabat Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri periode 2010-2015.

Pecah kongsi di Pilkada Kepri 2015, Soerya Respationo yang berpasangan dengan Ansar Ahmad harus mengakui kemenangan duet HM. Sani dan Nurdin Basirun. Tapi 2 bulan menjabat HM. Sani meninggal dunia dalam tugas dan digantikan Nurdin yang kini terjerat kasus suap di KPK.

Ismeth abdullah

Sinyal majunya Soerya ke panggung Pilkada Kepri 2020, tentu saja membuat ciut nyali para lawan tandingnya. Soerya adalah politisi senior di Kepri. Selain pernah menjabat Wakil Gubernur Kepri, Soerya yang menjabat ketua DPD PDIP Kepri, telah menunjukkan keunggulannya mengibarkan bendera kemenangan PDIP di Kepri, pada 2 pemilu terkahir ini, yaitu Pemilu 2014 dan 2019.

Perwakilan PDIP di DPR Kepri, 2019-2024, akan kembali menjabat ketua, termasuk di DPR Batam dan DPR Tanjungpinang. Batam dan Tanjungpinang menjadi penentu suara kemenangan di Pilgub Kepri, karena di 2 kota inilah pemilih terbanyak di Provinsi Kepri.

Kekalahan di Pilgub Kepri 2015, memang pukulan berat bagi Soerya dan PDIP, namun sekaligus menjadi pelajaran berharga yang diyakini akan membangun strategi baru untuk memenangkan Pilgub Kepri 2020.

Bercermin dari hasil Pilgub 2015, kabupaten Bintan termasuk basis suara Soerya. Sosok Ansar selaku pendampingnya menjadi magnet perolehan suara. Kemenangan di Bintan bisa kembali di raih, jika PDIP dan Golkar berkoalisi di Pilgub 2020. Sebab, Ansar yang pernah 2 periode mejabat Bupati Bintan, dan kini terpilih menjadi anggota DPR RI, tetap menjadi juru kunci kemenangan suara.

Soerya Respationo (kiri) dan Ansar Ahmad (kanan)

Di Tanjungpinang, Soerya-Ansar kalah tipis melawan HM. Sani-Nurdin. Soerya sepertinya faham betul dengan situasi itu. Dia pun tengah me-disign formula baru untuk bisa meraih kemenangan di Pilgub nanti.

Akhir-akhir ini Soerya dan PDIP terlihat tengah membangun komunikasi politik yang intens dengan Syahrul, Wali Kota Tanjungpinang, yang juga ketua DPD Gerindra Kepri itu.

Mencairnya hubungan kedua ketua umum partainya, yakni Megawati Soekarno Putri, Ketum PDIP dan Prabowo Subianto, Ketum Gerindra, pasca Pilpres 2019, yang dimenangkan Jokowi-Ma’ruf, menjadi momen yang tepat bagi Soerya untuk menjalin komunikasi yang baik dalam memperkuat basis kemenangan.

Komunikasi politik yang dibangun Soerya bersama Syahrul dianggap langkah yang tepat menjelang Pilgub Kepri, setidaknya silaturahmi itu dapat menghasilkan sebuah kesepakatan untuk berkoalisi di Pilgub nanti.

Jika Soerya dan PDIP berhasil mecapai koalisi PDIP-Golkar-Gerindra di Pilgub Kepri, tentu saja akan semakin memperkokoh kekutan untuk meraih kemenangan. Di luar itu, partai Hanura, PKB, dan PPP kemungkinan besar menjadi tandem PDIP untuk membangun koalisi jumbo dalam mencapai kemenangan.

M. Rudy, Walikota Batam

Menyoal pendamping Soerya cukup ramai figur andalan. Bisa saja bersama Ansar Ahmad atau Syahrul. Kalaupun tidak, sosok Isdianto, Plt. Gubernur Kepri cukup seksi dipasangkan dengan Soeryo Respationo.

Di luar lingkaran mereka, kandidat penantang Soerya juga harus diperhitungkan. Selain Rudy, ada sosok Ismeth Abdullah yang saat ini mulai gencar bersosialisasi bahkan diberbagai kesempatan sudah terbuka menyatakan maju ke Pilgub Kepri 2020.

Siapa pasangannya dan maju dari partai mana, memang masih teka-teki. Soalnya, Ismet, yang pernah menjabat Gubernur Kepri itu, selama ini diketahui bukan politisi atau sebagai pengurus partai politik.

Tapi, setidaknya sebagai presdiksi semata, Ismeth bisa saja dilirik partai lain yang memiliki perwakilan di DPRD Kepri. Sebut saja, partai PKS dan Demokrat yang belum menunjukkan arah koalisi termasuk kandidat yang mau diusung. PKS memiliki 6 kursi di DPRD Kepri, yang berada diurutan ketiga setelah PDIP dan Golkar, yang masing-masing meraih 8 kursi. Sedangkan Demokrat 4 kursi.

Demikian partai Nasdem, pasca OTT Nurdin Basirun seaakn kehilangan figur unggulan. Harapan Nasdem, yang memiliki 6 kursi di DPR Kepri, tinggal menunggu keputusan Rudy, apakah benar-benar menyatajan maju di Pilgub Kepri. Sebaliknya, bila Rudy memilih Pilwako Batam, mau tidak mau, Nasdem akan mencari koalisi baru.

Jika ingin memajukan kandidat penantang Soeryo, Nasdem bisa berkoalisi dengan PKS atau Demokrat, untuk mengusung jagoannya. Sebab, politik itu selalu mencair tergantung situasi yang saling menguntungkan. Disinilah peluang Ismeth semakin besar menuju kontestan di Pilgub Kepri 2020. Namun semua akan terjawab seiring waktu berjalan. (tr)

KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini